Mencoba
April 10, 2016 § 6 Komentar
Mencoba kembali menjadi yang seharusnya. Membuka laman ini kembali, menuju ruang kosong yang harus diisi. Seketika terdamparlah pada nostalgia yang sangat dalam, tentang bagaimana ruang pikir ini tumbuh dan berkembang. Ruang pikir yang seharusnya bisa saja membesar dan memberi manfaat. Semoga saja bisa kembali, seharusnya.
Tertampar atas sebuah wejangan yang tampak sederhana. Inilah saya, kembali (mencoba) menulis lagi.
-Mutsaqqif
Menyoal Usia
September 14, 2014 § 5 Komentar
Manusia dan sekitarnya adalah paduan dari dua hal: objek dan persepsi. Ya, manusia hidup dalam persepsi yang menjadikannya mampu mensikapi dunianya. Diawali dari persepsi, manusia menjadi beragam dalam beda, bertengkar dalam konflik, atau bersama dalam rasa. Sebuah persepsi yang menentukan. Kemudian adalah objek, sebuah tujuan pengamatan. Objek yang awalnya dirasa dengan indera manusia, kemudian dicari maknanya. Objek bersifat statis dalam bentuk, akan tetapi bersifat dinamis jika telah terpadu dengan persepsi manusia. Di sinilah interaksi objek dan persepsi memiliki hal paling menarik, yaitu keragaman makna. Selanjutnya keragaman makna ini memberi kita tambahan pengetahuan dan meluaskan wawasan. Marilah kita mengambil contoh kecil dari interaksi sebuah objek dan persepsi, tentang usia. Mari menyoal usia!
Manusia hidup dalam dimensi ruang dan waktu. Dimensi waktu inilah yang dalam keseharian tersebut dengan istilah usia. Dimensi waktu yang bernama usia inilah yang membersamai manusia sejak lahirnya hingga menuju ajalnya. Usia yang dalam interaksi social bisa menjadi sebuah identitas khusus. Usia yang bisa berpengaruh dalam karakter manusia. Usia yang punya beragam makna bagi persepsi manusia. Berikut sekelumit usia dalam keragaman pandangan manusia;
Usia: Berkurang atau Bertambah?
Dalam budaya masyarakat saat ini, kita sudah mengenal lekat adanya perayaan yang berkait dengan usia, yaitu perayaan ulang tahun. Dalam pernak-perniknya, perayaan ulang tahun memiliki satu hal yang ta boleh tertinggal, yaitu prosesi tiup lilin. Ternyata perayaan ulang tahun disertai prosesi tiup lilin ini adalah sebuah peninggalan sejarah terdahulu. Ada beragam teori tentang asal-usul tiup lilin ini, mulai dari Teori Yunani Kuno, Teori Pagan, Teori Swiss, sampai Teori Jerman. Dari kesemuanya, teori-teori tersebut memiliki satu garis makna. Sebagai contoh, Teori Jerman mengatakan bahwa pada tahun 1746 diadakan sebuah pesta untuk Ludwig Von Zinzendorf, dalam pesta tersebut Andrew Frey memaparkan secara rinci bahwa ada sebuah kue besar dan diberi lubang sesuai dengan usia si orang tersebut, setiap lubang diberi lilin di atasnya dan sebuah lilin ditempatkan di tengah kue tersebut. Lilin melambangkan usia, ini yang menjadi perhatian kita. Lilin yang menjadi perlambang usia tersebut dikahir prosesi akan ditiup hingga padam. Bermakna apakah ini? Usia yang berkurang kah? Bahwa telah terlewati sekian banyak rentang usia dalam hidup manusia, hingga masa-masa yang terlewat itu menjadi “padam”. Seperti inikah persepsi kita?
Di sisi lain keseharian kita, usia punya makna berkebalikan dari simbol “padamnya lilin” tadi. Dalam percakapan dengan anak-anak kita, mungkin kita terbiasa berucap, “ usiamu makin bertambah nak, kamu harus lebih mandiri ya”. Ya, usia pun dalam dimensi waktunya punya makna bertambah. Adapun contoh lain yang lebih lekat dalam keseharian kita adalah perayaan-perayaan ulang tahun yang selalu saja meriah. Dengan pesta, makan bersama, atau alunan music membahana, perayaan ulang tahun sebagai wujud lain dari usia selalu saja bernada gembira. Hal ini menunjukkan bahwa seorang yang berulang tahun tidak memaknainya sebagai sebuah momentum hilangnya kesempatan mereka untuk hidup di dunia. Makna bagi yang berulang tahun dengan bahagia adalah pertambahan usia yang membawa harapan baru dan semangat baru.
Jadi usia itu di setiap tahunnya, berkurang atau bertambah? Jadi harus seperti apa kita bersikap di hari lahir yang berulang ini, bahagia karena kita anggap bertambah usia atau bersedih karena usia kita nyatanya berkurang? Dua makna berbeda yang lahir dari persepsi inilah yang seharusnya bisa melengkapi sikap kita tentang bertambah atau berkurangnya usia. Pertama, maknai bahwa usia bertambah, dan besyukurlah atas segala nikmat yang telah diterima, serta tetaplah semangat mengejar harapan baru. Kedua, maknai usia berkurang, dan siapkan bekal terbaik untuk menuju kematian kita. Dengan menyikapi adil di dua persepsi ini, kita akan menjadi manusia yang bijaksana dalam menjalani usianya.
Begitulah hubungan manusia, persepsi di matanya, dan objek di di sekitarnya. Akan ada beragam makna yang membentang, maka pintar-pintar lah saja dalam melihat panjangnya spektrum persepsi hingga sikap kita tidak akan mengerdil lagi sempit.
Salam Pembelajar!!
Pagi dan Kata Dalam Kepala
Agustus 28, 2014 § 9 Komentar
Di antara Aku dan Kamu ada kata yang tak terucap
Di antara Aku dan Kamu ada pandang yang tak terlihat
Di antara Aku dan Kamu ada sentuh yang tak terecap
Pagi terlampau dingin bagi kita, malam terlalu gelap bagi kita
Hanya permulaan senja dan di mana kita bertemu, atas rindu yang berseteru
Sudahi saja hari ini, tepat saat fajar hadir, lalu melarikan diri ke akhir.
Lewati saja pekan ini, tepat saat rehat lewat, lalu berlari menuju peraduan.
Hapus saja bulan ini, tepat saat purnama muncul, lalu tenggelam dalam pekat malam.
Ternyata Aku dan Kamu adalah Pagi dan Kata Dalam Kata.
Hanya rentang waktu dan Memori dalam otak.
Terlalu semu dalam pikiran, ilusi dalam pandang.
Aku dan Kamu adalah Pagi dan Kata dalam Kepala.
Maka bisikkan saja senandung rindu itu di embun, biar ia jatuh dan Kau terlupa.
Maka belai lembut saja resahmu itu di ujung sungai, biar ia hanyut dan Kau tenang
Maka iringi aja rindumu hingga di ufuk senja, biar ia pergi dan Kau bahagia.
Sebab Kita hanya Pagi dan Kata dalam Kepala
Do’a Untukku
Juni 18, 2013 § 10 Komentar
Rabbi,
Jika telah Kau perkenankan Ibrahim
mengenal Esa-Mu di polytheisme jamannya,
biarkan dia selalu dalam naungan ke-Esaan-Mu
di majemuknya dunia
Rabbi,
Jika telah Kau perkenankan Musa
bercakap dengan-Mu di bukit suci
biarkan dia selalu berbuka hati dan kata
di tiap hitungan waktu-Mu
Rabbi
Jika telah Kau perkenankan Isa
menghidupkan manusia di alam fana
biarkan dia menghidupkan hati dan pikir
orang-orang yang dicintainya
di kesemuan jagat raya
Jika Kau perkenankan hamba memohon untuknya, Rabbi ..
Awalilah tiap langkahnya dengan hidayah-Mu,
Iringilah tiap geraknya dengan rahmat-Mu
Akhirilah segala ucap dan sikapnya dengan keridhaan-Mu
Rabbi
mungkin bagi-Mu dia bukanlah siapa-siapa,
namun, dia adalah anak hamba
yang sangat hamba sayangi
Rabbi,
ijinkanlah kami tetap sebagai anak dan ibu
agar dapat saling membekali asa
dan berbagi suka duka
Rabbi,
kuatkanlah dia dengan ke-Mahaan-Mu
dan hamba hanya memilih Engkau
Hamba titipkan dia pada-Mu, duhai Rabbi …
—————————————————-&—————————————————————
Allah tahu aku menyayangimu, mungkin lebih dari yang kau kira, dan rasa sayang, takkan membelenggu seseorang untuk meraih masa depan. terbanglah, terbanglah bersama angin. Laksana elang muda. Ibumu hanya mampu membekali, dengan do’a…
Maklumat Pernikahan
Juni 5, 2013 § 24 Komentar
Titik Terjauh
Pada titik terjauh do’a kami tersentuh
Pada titik terjauh asa kami beradu temu
Pada titik terjauh langkah pencarian telah sampai pada yang dituju
Pada titik terjauh Allah kumpulkan yang terserak dan menjadikannya satu.
Dahulu, Kami adalah titik terjauh dalam jarak, ruang dan waktu
Saat ini, titik terjauh itu akan menjadi satu, dalam ikatan keridhoan-Mu.
Bismilllahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ya Allah, Maha Suci Engkau yang telah menciptakan makhluknya hidup berpasang-pasangan. Perkenankanlah kami:
Heru Nugroho
dengan
Sri Yayu Ibrahim
Untuk mengikuti sunnah Rasul-Mu membentuk keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Teriring niat yang ikhlas disertai dengan permohonan limpahan rahmat dan ridho Allah SWT, kami bermaksud mengadakan Aqad Nikah dan Syukuran Pernikahan kami yang insya Allah akan dilaksanakan pada:
Akad Nikah
Hari Sabtu, 22 Juni 2013
Pukul 10.00 WITA
Di Jl. KH Adam Zakaria Kel. Dembe Jaya, Kec Kota Utara Kota Gorontalo
Syukuran Pernikahan
Hari Sabtu, 22 Juni 2013
Pukul 19.00 WITA – selesai
Bertempat di Graha Muzdalifah
Jl. Arif Rahman Hakim, Kel Tanggikiki, Kota Gorontalo
Tiada yang dapat kami ungkapkan selain ucapan terima kasih dari hati yang tulus atas kehadiran dan do’a restu Bapak/Ibu/Saudara/I kepada kami
sumber gambar: sini
Tentang Kenyamanan
Mei 16, 2013 § 18 Komentar
Omar Mukhtar,Hasan Al-Banna,Sayyid Qutb,Yahya Ayyash, Syeikh Ahmad Yassin, Abdul Aziz Rantisi, Abdullah Yusuf Azzam, Dzokhar Musayevich Dudayev, Ibnul Khattab dan Abdullah Syamil Salmanovich Basayev
10 nama yang ditulis kembali sejarah hidupnya oleh seorang penulis, jurnalis, da’i, Herry Nurdi, dalam bukunya Perjalanan Meminang Bidadari. Kesepuluhnya punya jalan masing-masing dalam tapaknya di atas perjalanan meminang bidadari. Menjadi mujahidin, politisi, ulama, tokoh masyarakat, serta pemimpin negara pada saat yang bersamaan. Perjuangan di segala aspek kehidupan menjadi peranan mereka selama hidup. Daya juang yang membuat segenap dunia di sekitar mereka bergetar. Dan tinta emas serta lisan insan tak hentinya menceritakan kembali kisah epic mereka.
Ada satu hal yang sangat membekas ketika membaca tentang mereka: hidup dalam perjuangan. Ya, perjuangan. Dan corak perjuangan salah satunya adalah melepaskan diri dari kenyamanan. Ibnul Khattab yang masuk kamp pelatihan mujahidin Afganistan pada usia 18 tahun, Abdullah Azzam yang berposisi sebagai ulama turun ke medan jihad, mengamalkan apa yang tadinya berada di atas kitab menjadi amalan di atas dunia, atau Syaikh Ahmad Yasin yang tua lagi renta, memilih maju sebagai pemimpin perjuangan perlawanan, sedang tubuhnya lumpuh di sebagian tempat. Tak ada pencarian hidup mereka menuju kenyamanan, atau mereka justru merasa nyaman dengan perjuangannya?
Lalu bagaimana dengan diri ini? Ketika amalan mencari nafkah dimaksudkan untuk mencari harta, harta, dan harta hingga nyamanlah kehidupan dunia. Amalan mencari ilmu agar mudah mencapai jabatan sehingga nyamanlah menikmati fasilitas. Amalan dakwah hanya sesuai kemauan semata hingga tidak mengganggu hidup yang sudah nyaman ini. Atau amalan menggenapkan dien sebagai kenyamanan hati, bukan sebagai pelengkap kekuatan perjuangan.
Maka mencari kenyamanan dalam buaian dunia adalah langkah-langkah yang menjauhkan diri dari perjuangan. Sedang para pejuang itu hidup menderita karena mereka yakin bahwa Surga adalah kenyamanan yang mereka tuju.
Harap Tidak Melukai
Januari 8, 2013 § 20 Komentar
“2013, saya akan mendatarkan harap”
Nada yang melemah atas sebuah perasaan kecewa dan terluka terhadap harap yang dipancang. Mungkin karena tak sampai pada hasil dari ujung harapan atau terseok menerus dalam menerima arah lain dari harap yang dipandang.
Benarkah harap itu akan melukai? Menggerus terus diri sampai pada kasta terbawah: pesimis lagi skeptis. Benarkah?
Harap takkan pernah melukai, takkan sanggup mengecewakan, takkan bisa. Sebab kekuatan harapan itu bukan pencapaian pada hasil akhir. Bukan!
Tak terasakah? Ketika harap baru saja singgah, ada semangat yang menggelora di raungan kerasnya hari-hari
Tak sadarkah? Ketika harap digenggam, warna hidup tiba-tiba menjadi cerah di tengah rundung mendung yang bisu
Tak sampaikah? Ketika harap terenyuh dalam dada, maka tekad muncul memenuhi ruang gerak langkah hidup
Atas sebuah harapan, kita menjadi pribadi yang baru bahkan jauh sebelum harapan itu tercapai. Kenikmatan besar atas harapan adalah perjalanan proses.
Akankah kita menjadi hakim atas Yang Maha Adil? Karena harap tak sampai pada apa-apa yang kita anggap terbaik.
Teruslah berharap hanya karena Allah, hanya agar Dia lekat bersama kita. Dalam ucap optimis, langkah tegap, dan gerak lincah menapak jalan mencapai perubahan.
Jangan berharap atas hasil di ujung perjalanan, karena indahnya harap adalah pengalaman selama perjalanan.
*terus menasihati diri sendiri dan menulisnya untuk berbagi
Candi Gedong Songo
Desember 14, 2012 § 35 Komentar
Dengan kamera hand phone seadanya, coba mengabadikan pemandangan di situs sejarah satu ini.
Candi dengan komplek yang terpisah dan berada di dataran tinggi ini memang punya view yang tak biasa…
Candi-candinya memang tak seperti Prambanan atau Borobudur, akan tepai hanya candi kecil yang berada terpisah, sebanyak 9 tingkat, semakin tinggi, pemandangannya semakin cantik.
ada sarana angkutan kuda di sini, tetapi saya lebih memilih jalan kaki, selain bisa lebih menikmati pemandangan, juga lebih irit! hahaha
Dengan sembilan tingkat dan candi yang ada, saya hanya sampai pada candi ke-3, waktu yang mengharuskan saya menunda pendakian dan pulang kembali ke Jakarta
ada sumber mata air panas juga di sini
jangan lupa narsis dulu dikit 😀
narsis dikit lagi ah 😛
Semoga ada kesempatan ke sini lagi untuk menuntaskan sampai ke candi 9…
Biar Malam Ini
Oktober 15, 2012 § 5 Komentar
Biar malam ini, sejenak menyandarkan diri pada ketenangan. Pada tempat nyaman yang biasa menyeka pekat lelah seharian. Pada bising di luar yang sudah kupastikan tak terdengar oleh lantunan nasihat-Mu. Senyapnya yang menenangkan bukan karena tak ada suara, tapi karena ada hati yang tenang hingga bising tak mampu datang. Biar malam ini, Kau mengistirahatkan aku barang sebentar.
Biar malam ini, kucoba lagi tapaki jalan menuju mimpi yang mungkin telah usang. Terbata-bata melafalkan dan menghafalkan bagian akhir dari kitab-Mu. Sembari mengernyitkan dahi berulang kali menyadari bodohnya diri. Kala itu berlangsung, adalah waktu tercerah bagiku, yaitu saat sadar bahwa diri ini adalah bodoh lagi alpa, tak ada istimewa. Biar malam ini, Kau nasihatiku lagi.
Biar malam ini, kuhentikan sejenak, semuanya. Ku perlu duduk sebentar, melihat semuanya kembali. Mungkin saja aku tak sadar bahwa panjangnya langkah hanya menyisakan jejak kotor, banyaknya celoteh hanya menyeruakkan bau tak sedap, lincahnya gerak hanya menyakiti tubuh yang lain. Dosa itu banyak, tapi masalahnya ia tak dapat membuatku takut. Ini yang membuatku takut. Biar malam ini, Kau tuntun aku lagi.
Biar malam ini, aku membersamai-Mu dalam hati. Tidak sekilas seperti siang, sore, atau bahkan pagi tadi. Pertemuan panjang nan tenang mungkin bisa buatku senang. Cepatnya waktu, padatnya laku, atau pikiran yang terbelenggu sudah membuat Kau terasa jauh. Walau sadarku memberitahu, bahwa Kau tak pernah beranjak dari mana pun, kecuali sangat dekat denganku. Biarlah malam ini, Kau membersamaiku dengan lekat.
Biar malam ini, aku tersambung dengan-Mu lewat do’a yang panjang dan tenang.